[REVIEW]: 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
99 Cahaya di Langit Eropa. Hmmm, kalo dilihat dari judulnya, apa yang kalian bayangkan? Aku sih ngebayangin film itu sejenis Edensor. Yah cerita tentang orang Indonesia yang di luar negeri itu. Tapi, sebenernya apa sih?
Memang betul, film yang diangkat dari novel yang berjudul sama ini mengisahkan tentang pasangan muda yang tinggal di Wina, Austria. Rangga (suami) mendapat beasiswa di sini, sehingga mau tidak mau Hanum (istri) ikut mendampingi sang suami. Awalnya Hanum merasa sangat excited tinggal di kota Mozart ini. Jalan-jalan, mengumpulkan foto, dan menikmati suasana barunya. Beberapa lama dia merasa bosan karena tidak ada kegiatan lain, sehingga mulailah ia mencari sebuah tempat kursus bahasa Jerman.
Hari pertama masuk kelas, ia bertemu dengan seorang wanita Indonesia yang berkerudung, namanya Fatma Pasha. Fatma mempunyai seorang anak perempuan bernama Aisya yang sering diolok teman sekelasnya karena mengenakan kerudung dan dianggap sebagai keturunan Kara Mustafa. Gurunya pun seringkali menyarankan agar Aisya melepas kerudungnya itu. Namun sebagai muslim, baik Aisya maupun Fatma, tidak membiarkan hal ini terjadi.
Hanum, Fatma, dan Aisya berkawan akrab. Hanum sering diajak Fatma untuk bepergian mengunjungi tempat-tempat bersejarah Islam di Wina. Hal ini membuat Hanum kembali betah tinggal di Wina dan melunturkan niatnya untuk kembali ke Indonesia. Banyak tempat yang mereka kunjungi, banyak hal menarik yang baru Hanum ketahui.
Kehidupan Rangga di kampus tidak semulus yang dibayangkan. Sebagai umat minoritas di Wina, film tersebut menceritakan, ia kesulitan mencari tempat untuk menjalankan ibadah, menyesuaikan jadwal sholat Jumat dengan ujiannya, dan mendapat makanan yang halal. Ditambah lagi terjadi konflik dengan temannya yang mempunyai rasisme cukup tinggi namun juga ingin tahu.
Jadi, apa sajakah misteri sejarah Islam yang ada di Wina? Mengapa Fatma dan Aisya sangat ingin bertahan dengan hiijabnya padahal seringkali ditolak oleh masyarakat? Dan apakah hubungan Rangga dengan teman dan kuliahnya dapat teratasi?
Menurutku pribadi, sebagai non-muslim yang menontonnya, film ini agak terlalu vulgar dalam ber-SARA. Jadi kalo kamu termasuk orang yang sensitif dalam hal beginian, lebih baik gausah nonton hehehe. Tapi secara keseluruhan aku bilang film ini bagus, sarat edukasi baik itu tentang sejarah maupun toleransi. Aku juga terpacu semangtnya buat kejar beasiswa ke luar negeri (amin).
Oh iya, di bagian terakhir ada Fatin lho hahahaa, tapi ya gitu deh dia ceritanya lagi bikin video klip terus ketemu Hanum sama Fatma. Udah gitu doang :P
Buat kalian yang muslim, aku rekomendasiin film ini deh, biar wawasan kalian tentang Islam jadi lebih luas, dan jadi lebih bersyukur karena beribadah di Indonesia lebih leluasa. So, jangan malas beribadah, guys ^^
Memang betul, film yang diangkat dari novel yang berjudul sama ini mengisahkan tentang pasangan muda yang tinggal di Wina, Austria. Rangga (suami) mendapat beasiswa di sini, sehingga mau tidak mau Hanum (istri) ikut mendampingi sang suami. Awalnya Hanum merasa sangat excited tinggal di kota Mozart ini. Jalan-jalan, mengumpulkan foto, dan menikmati suasana barunya. Beberapa lama dia merasa bosan karena tidak ada kegiatan lain, sehingga mulailah ia mencari sebuah tempat kursus bahasa Jerman.
Hari pertama masuk kelas, ia bertemu dengan seorang wanita Indonesia yang berkerudung, namanya Fatma Pasha. Fatma mempunyai seorang anak perempuan bernama Aisya yang sering diolok teman sekelasnya karena mengenakan kerudung dan dianggap sebagai keturunan Kara Mustafa. Gurunya pun seringkali menyarankan agar Aisya melepas kerudungnya itu. Namun sebagai muslim, baik Aisya maupun Fatma, tidak membiarkan hal ini terjadi.
Hanum, Fatma, dan Aisya berkawan akrab. Hanum sering diajak Fatma untuk bepergian mengunjungi tempat-tempat bersejarah Islam di Wina. Hal ini membuat Hanum kembali betah tinggal di Wina dan melunturkan niatnya untuk kembali ke Indonesia. Banyak tempat yang mereka kunjungi, banyak hal menarik yang baru Hanum ketahui.
Kehidupan Rangga di kampus tidak semulus yang dibayangkan. Sebagai umat minoritas di Wina, film tersebut menceritakan, ia kesulitan mencari tempat untuk menjalankan ibadah, menyesuaikan jadwal sholat Jumat dengan ujiannya, dan mendapat makanan yang halal. Ditambah lagi terjadi konflik dengan temannya yang mempunyai rasisme cukup tinggi namun juga ingin tahu.
Jadi, apa sajakah misteri sejarah Islam yang ada di Wina? Mengapa Fatma dan Aisya sangat ingin bertahan dengan hiijabnya padahal seringkali ditolak oleh masyarakat? Dan apakah hubungan Rangga dengan teman dan kuliahnya dapat teratasi?
---------------------
Oh iya, di bagian terakhir ada Fatin lho hahahaa, tapi ya gitu deh dia ceritanya lagi bikin video klip terus ketemu Hanum sama Fatma. Udah gitu doang :P
Buat kalian yang muslim, aku rekomendasiin film ini deh, biar wawasan kalian tentang Islam jadi lebih luas, dan jadi lebih bersyukur karena beribadah di Indonesia lebih leluasa. So, jangan malas beribadah, guys ^^
***
0 comments:
Post a Comment