Dec 12, 2013

[REVIEW]: SOKOLA RIMBA

Sokola Rimba. Dalam Bahasa Indonesia, sokola artinya sekolah. Kalo gak salah itu adalah bahasa Jambi #CMIIW. Film ini bercerita tentang kisah Butet Manurung yang udah bertahun-tahun menjadi pengajar honorer yang berkutat dengan anak-anak pedalaman. Waktu pertama lihat ada tulisan "Based on true story: Butet Manurung, aku langsung excited, karena sebelumnya aku udah pernah baca artikel tentang Kak Butet di Majalah Bobo edisi berapa gitu aku lupa, pastinya ketika aku masih SD. Hehehe gak nyangka ya, akhirnya ada yang 'peduli' untuk mempublikasikannya lagi lewat film :)

Jadi Kak Butet bekerja di sebuah lembaga masyarakat di Jambi. Dia menjadi seorang guru untuk anak-anak pedalaman, yang sangaaaaaaaaaaat pedalaman. Jauh dari peradaban, kampung di tengah hutan rimba. Masih primitif! Tapi di situ ceritanya mereka bercakap-cakap pakai Bahasa Jambi campur Bahasa Indonesia. Ada subtitlenya kok ^^
Butet berada di hutan kurang lebih 1 minggu, kemudian kembali kota. Lalu beberapa hari kemudian ke hutan lagi. Berbekal tas ransel besar dan satu buah papan tulis sederhana ikut dalam gendongan di punggungnya.

Yang diajarkan sederhana, yaitu baca tulis dan hitung. Dia ingin agat anak-anak di rimba minimal dapat membaca supaya tidak terus menerus dibodohi oleh para penebang yang mencari keuntungan sendiri. 

Awalnya Butet mengajar anak-anak di Hulu  Sungai Makekal. Suatu ketika ia terserang malaria dalam setengah perjalanannya menuju rumah orang rimba, dan diselamatkan oleh seorang anak dari Hilir Sungai Makekal. Namanya Bungo. Sebenarnya Bungo sudah lama memperhatikan Butet mengajari anak-anak di Hulu, tapi ia merasa ragu untuk ikut bergabung.
Butet menyadari hal itu dan dia mulai melancarkan aksi pendekatan untuk dapat mengajar di Hilir Sungai Makekal. Namun keinginannya tidak mendapat respon yang baik dari tempat kerjanya, sehingga Butet nekat melakukan 'ekspedisi pengajaran'nya sendiri tanpa izin dari tempat kerja. 

Orang Rimba di Hilir antusias menerima Butet sebagai guru di sana, tapi para ibu tidak menyukainya. Mereka menganggap kedatangan Butet, pensil, dan buku adalah suatu kutukan. Apalagi setelah tetua suku mereka meninggal. Butet diusir dari Hilir. Bungo yang mempunyai semangat tinggi untuk belajar membaca tidak membiarkan hal itu terjadi. Dia kabur dari kampungnya dan terus belajar bersama Butet. Rupanya ada sesuatu yang mendorong dia untuk bisa membaca. Bungo menyimpan sebuah surat perjanjian antara penebang dengan orang rimba di Hilir. Bungo tidak mau terus-terusan diperdaya oleh orang luar.

Nah, jadi bagaimana akhirnya? Apakah Bungo bisa menaklukan surat perjanjian itu? Lalu bagaimana nasib Butet yang dianggap membawa kutukan bagi orang rimba?

--------------------------

Menurutku film ini bagus, tema edukasinya memacu ktia buat belajar. Mereka aja giat belajar masa kita yang punya fasilitas jauh lebih baik malah malas?
Hm, banyak bagian yang memainkan emosi. aku sempet ngerasa 'ngenes' dan yah terharu pas nonton ini :"
Seandainya ada banyak Butet di Indonesia, yang peduli dengan pendidikan suku pedalaman ......... 


***

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 WELCOME TO MY WORLD !