Mar 26, 2013

CERBUNG TAK BERJUDUL PART 2

Cerita sebelumnya : CERBUNG PART 1



"Aduh! Bus gue!" pekik Astri kebingungan. Ia melihat jam di handphonenya, sudah pukul 08.45. Itu berarti kuliah jam pertama dimulai 15 menit lagi, padahal jarak dari halte ke kampus lumayan jauh dan harus transit dahulu. Terpaksa ia harus merelakan waktunya untuk menunggu bus lain datang. Ia memaki kesialannya hari ini. Ibu pengemis dan anaknya tak luput dari makiannya, malahan mereka dianggap menjadi penyebab semua hal buruk yang terjadi hari ini. Astri tidak menyadari bahwa sedari tadi ada dua pasang mata yang memperhatikannya dari jauh.

* * *
Rasa keegoisannya muncul tanpa disadarinya, memenuhi otak.Mmembuatnya tenggelam dalam keangkuhan yang sempurna. Menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi, menjadi satu-satunya perisai yang aman untuk saat ini. Sepertinya astri tidak ingin membuat alasan lain, apalagi alasan yang akan menyudutkan dirinya sendiri. Jadi, disinilah Astri sekarang. Berperang dengan sisi putih dan bergabung dengan sisi hitam.

* * *
Astri menghela nafas panjang, seakan ingin melepaskan beban pikiran yang sudah terlalu berat untuk terus disimpan dalam memori otaknya. Waktu terus bergulir dan jam kuliah pertama sudah Astri  lewatkan. Ia terlalu sibuk bergumul dengan kegalauannya. Bukan masalah cinta, memang, namun tentang kepribadiannya.
Ya, tumbuh dalam keluarga yang tak utuh membuat sisi keegoisan dan keangkuhannya terlihat lebih mendominasi di setiap tingkah lakunya. Ia pun tak mengerti mengapa hal ini terjaadi kepada dirinya. Tak pernah sekali pun ia merasakan hangatnya belaian kasih dari seorang ibu. Bahkan ia membenci sosok ayah yang seolah-olah telah berjasa merawatnya, padahal sama sekali tidak. Kasihan.

Astri memutuskan untuk masuk kuliah pada jam terakhir saja, tak peduli lagi dengan dering telepon dari Jono yang dilanda kecemasan.
Astri melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, jam berwarna putih yang dihiasi aksen diamond itu masih menunjukkan beberapa jam lagi sebelum jam kuliah terakhir, dengan malas Astri membimbing langkahnya ke kantin, tempat dimana dia bisa berteman dengan segelas jus mangga kesukaannya. Astri teringat akan dering handphone yang sedari tadi diacuhkannya, mengambil handphone berbentuk kotak itu, yang lagi-lagi dibalut dengan casing yang beraksen diamond, dan melihat nama yang tertera diatas sana. 'Jon'. Perlahan dia menekan gambar telepon berwarna hijau dan menempelkan handphonen itu di telinganya.
"Lo dimana Jon?" tanya Sstri setelah sebuah suara menjawab telponnya.
"Gue yang harusnya nanya, lo dimana? tadi gue lihat di kelas lo gak ada"
"Gue malas masuk, gue dikantin sekarang, lo kesini ya."
"Bentar lagi Pak Android masuk, bisa mampus gue ntar"
"Yaudah kalo gitu. Thanks, Jon."
Tampaknya Jono berubah pikiran. Ini terlihat dari langkahnya yang tidak menuju kelas, namun berkhianat menuju kantin. Jiwanya seperti pasir besi yang ditarik oleh magnet, Astri.
Di bangunan setengah terbuka yang tengah ramai oleh mahasiswa korban kelaparan akut, Astri duduk menyendiri di pojok ruangan. Masih ditemani oleh jus mangganya yang tersisa setengah gelas. 
"Woy, As! Gila lo," sapa Jono asal.
"Kenapa lo, Jon? Tiba-tiba dateng kayak orang kesetanan gitu," jawan Astri heran, "katanya ada makul Pak Android? Bolos lo?"
"Iya, hehehe. Eh kenapa As? Ada yang mau diceritain?" selidik Jono.
Astri mendorong gelasnya menjauh, dan menyilangkan tangannya di atas meja. Wajahnya condong ke depan, suaranya sengaja dipelankan seolah-olah tak mau orang lain mendengarkan pembicaraan mereka.
"Lo inget cerita gue tentang ibu pengemis tadi, Jon?" bisik Astri. Jono mengernyitkan keningnya, raut mukanya berubah cemas.
"Iya gue inget. Kenapa lagi As? Lo ketemu lagi sama mereka?"
"Iya, Jon. Tadi pagi waktu gue lagi nunggu di halte, gue merasa ada yang ngeliatin gue dari jauh. Gue coba menajamkan mata kucing gue, Jon, dan lo tau? Ibu itu ternyata ngikutin gue! Digendong juga tuh anak bayinya."
Air muka Jono sejenak memucat, namun segera ia merubah sikapnya menjadi cool. Tapi terlihat sangat maksa.
"Dan gue semakin memicingkan mata gue, gue berusaha berakomodasi semaksimal mungkin, buat mastiin penglihatan gue yang ampuh ini, dan ternyata.." Astri terdiam sejenak, membiarkan perkataannya tergantung. JJono semakin cemas, namun tetap mempertahankan 'cool style' yang terlihat semakin aneh itu.
"Dan ternyata apa?" akhirnya Jono bertanya.
"Dan tenrnyata yang gue lihat itu adalah ibu-ibu yang gendong anak, tapi gak lusuh sama sekali tahu gak?"
"Terus? Loe berhalusinasi gitu?”
"Ya iyalah, masa tiba-tiba itu ibu berubah muka trus jadi gak lusuh lagi dalam waktu sekejap sih, bego lo! " Kata Astri geram sambil menjitak kepala Jono.
"Yaelah, gue kirain beneran, loe udah kayak nyeritain cerita horor tadi, dodol!" kata Jono sembari mengacak-acak rambut Astri.
Astri terdiam, dilihatnya jono yang terkekeh karena ceritanya yang diangggap konyol itu. Astri hanya bisa memanyunkan bibirnya.
"Itu karena lo terlalu memikirkan masalah ibu itu, lo anggap tu ibu masalah buat lo, padahal itu semua tergantung lo, mindset lo yang salah."
"Iya, sih, Jon. Tapi kan, gue ....." Omongan Astri terhenti, bukan karena ia tak enak hati, namun karena Astri merasa tak mempunya alasan yang tepat untuk diutarakan. Keduanya terdiam sejenak.
Jono menyandarkan tubuhnya ke kursi platik yang tetap tegar menopangnya. Diam-diam ia menghela nafas lega, melepas sejanak rasa khawatir yang sempat menyelimutinya selama telinganya menyimak cerita Astri.
"Oke, Jon. Gitu aja sih, hahahaha. Gue cabut dulu, udah hampir mulai nih jam terkahir kuliah gue," ujar Astri sambil menyampirkan tas impor terbarunya itu.
"Ga waras lo, As," canda Jono.
"Sialan!" Sejurus kemudian jitakan ringan mendarat dengan sukses di ubun-ubun Jono. Mereka terkekeh sebelum Astri melangkah pergi meninggalkan kantin kampus.
"Ah, cepat atau lambat lo bakal tau yang sebenarnya, As. Gue nggak tega juga kalo mereka terus menerus terjebak dalam kondisi begini."

* * Bersambung . . . 

(Author: Indra Ratnasari N , Rizky Wahyuni Ritonga)

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2014 WELCOME TO MY WORLD !