Feb 26, 2013

[FICTION] HAI, NAMAKU KING!



Aku sedang menyalin tugas matematika dari papan tulis ke buku tugasku ketika Bu Ratna, wali kelasku, masuk bersama dengan seorang anak laki-laki. Sepertinya murid baru, pikirku.

"Anak-anak, tolong perhatikan sebentar ya. Mencatatnya dilanjutkan nanti," kata Bu Ratna. Semua siswa di kelas termasuk aku, meletakan pensil di meja dan diam memperhatikan.

"Hari ini kalian akan mempunyai teman baru," ujar Bu Ratna, "Ayo, King, perkenalkan dirimu."

"Hai, Guys. Perkenalkan, namaku King. Kata Dad, dalam Bahasa Indonesia king berarti raja. Aku dari Malaysia." King berbicara dengan lantang dan logat luar negeri-nya masih agak kentara. Aku mengamati King dari ujung kaki sampai ujung kepala. King berbadan tegap, kulitnya seperti madu, mata sipit dan rambut cepak rapi. Namun entah kenapa aku kurang suka dengan gayanya itu.

"Baiklah, King. Sekarang kamu duduk di sana, ya. Di sebelah Kevin," ujar Bu Ratna menunjuk bangku kosong di sebelahku.

Aku terperanjat, "Tapi, Bu, besok kalau Edwin sudah masuk gimana? Ini kan bangku Edwin."
"Besok Edwin duduk di samping Reno, jangan khawatir."

Huh, aku semakin kesal dibuatnya. Edwin kan sahabatku dan dari awal kami memang sudah sepakat untuk satu meja di semester ini. Masa aku harus satu meja dengan orang asing seperti King?
King meletakan ranselnya di atas meja. Ugh, tasnya keren. Pasti mahal. Aku memandingkannya dengan tas ranselku. Beda sedikit saja, gumamku sedikit menghibur diri.

"Hai, siapa namamu. Aku King. Kata Dad , king itu berarti ...."

"Raja," tukasku, "Aku Kevin."

King tetap tersenyum meskipun aku bersikap acuh tak acuh kepadanya. Aku terpaksa balas tersenyum seadanya.
Hari ini dan seterusnya pasti tidak akan menyenangkan lagi, gerutuku dalam hati.

Sepulang sekolah, aku menceritakan hal itu kepada Mama.
“Oh, jadi King sekarang menjadi teman satu meja kamu, Vin? Wah, asyik dong. Dia kan baik,” ujar Mama.

“Lho, Mama tahu dari mana kalau King itu baik? Memangnya Mama kenal sama King? Kevin nggak suka sama dia, Ma. Dia kelihatan sombong.”
Mama meletakan piring terkahir yang sudah selesai dicucinya, lalu menatapku sambil tertawa kecil.

“Iya, dong. King itu kan tetangga baru kita juga, Vin. Masa kamu nggak tahu? Kemarin sore dia berkunjung ke sini, tapi kamu lagi main bola sama Mas Galih.”
Bibirku membentuk huruf O mendengar penjelasan Mama. “Melihat orang jangan dari luarnya saja, Vin. Coba saja kamu berteman dengan King. Jangan bersikap seperti tadi di sekolah. Itu nggak baik, lho,” lanjut Mama. Aku hanya mengangguk saja. Hm, benar juga, tidak ada salahnya berteman dengan King.


Sore harinya, aku bersiap untuk bermain bola bersama teman-teman kompleks perumahan. Masih pukul setengah lima, jadi aku tidak usah terburu-buru ke sana. Aku memakai baju bola kesayanganku. Ada lambang Garuda di bagian dada. Di punggung tercetak tulisan KEVIN dengan angka 11 di bawahnya. Angka  11 itu angka kesukaanku. Kata Mama, angka 1 itu berarti pertama dan nomor satu. Jadi, menurutku kalau 11 itu berarti semakin menjadi nomor satu. Memang sih, terdengar aneh, tapi setidaknya aku mencoba untuk menjadikannya berbeda.

Aku keluar rumah dengan menenteng sepatu bolaku yang berwarna merah. Merah itu tandanya berani. Dan aku suka sekali warna merah. Aku berjalan santai melewati beberapa rumah. Tiba di rumah bercat biru muda, ada seseorang yang memanggilku.

“Kevin! Halo! Mau kemana nih sore-sore begini?” Suara itu seperti pernah kudengar, tapi aku lupa. Aku menoleh ke sumber suara, dan ternyata itu King!
Astaga, anak itu lagi. Aku mendengus kesal namun seketika teringat ucapan Mama tadi siang.
“Oh, hai King. Aku mau ke lapangan, nih. Main bola. Ikut?” sapaku mencoba ramah. King berlari kecil keluar dari gerbang rumahnya. Senyumnya yang khas menghiasi wajahnya.
“Ayo, aku mau ikut. Aku senang sekali bermain football. Tunggu ya, aku ganti pakaian dulu,” ujarnya.
Tak lama kemudian, King muncul dengan baju bolanya. Seperti punyaku, ada lambang Garuda di dadanya. Dia sumringah menyadari bahwa baju kami sama. Kami pun berjalan menuju lapangan.

“Aku menyukai baju bola ini. Aku minta Dad membelikannya untukku ketika kami tiba di Jakarta kemarin,” jelas King. Sepanjang perjalanan, King banyak bercerita tentang kekagumannya pada Indonesia. Lalu tentang keluarga dan sekolahnya yang dulu. Terkadang aku tertawa mendengar cerita King. Ternyata dia sangat lucu dan sama sekali tidak suka menyombongkan diri. 

Sesampainya di lapangan, sudah banyak teman yang menunggu di sana. Aku mengajak King untuk berkenalan dengan teman-temanku.
“Hai, namaku King. Kata Dad, king itu berarti .... “
“Raja!” potongku cepat, lalu tertawa. King ikut tertawa. Aku sudah tidak sebal lagi dengan King. Aku ingat dengan ucapan Mama, “Jangan melihat orang dari luarnya saja.”

* * *

2 comments:

  1. wuih indra arep dadi penulis kie ceritane

    d rilis ndra bukune ;)) ngko aku tek dadi tim promosi rapapa :D


    kunjungi www.enfonesia.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ahahaha tapi sejenis majalah bobo ya gelem :D

      Delete

Copyright © 2014 WELCOME TO MY WORLD !